cerita dewasa sange


Gyan melirik ke
arah Thalia yang sudah berjalan keluar dari gerbang belakang sekolah.
Tatapan Gyan menajam ketika melihat Thalia yang berjalan lambat ke arah
mobilnya membuat ia harus membunyikan klakson mobilnya dengan tidak
sabaran.
Segera Thalia
mempercepat langkahnya sambil meringis pelan. Bukan tanpa alasan kenapa
jalannya Thalia sedikit lambat, bagian bawahnya masih sakit karena
perlakuan salah satu gadunnya yang adalah ayah dari muridnya sendiri
yaitu Gyan Pramesta.
Jujur saja, Thalia tidak tahu menahu soal siapa Dean karena hubungan mereka cuma
sebatas kekasih diranjang. Kalau tahu Dean adalah ayah Gyan dan suami dari pemilik yayasan tempat ia
mengajar, Thalia pasti tidak akan melanjutkan hubungan gelapnya dengan
Dean. Dia tidak mungkin sengaja mengorbankan karirnya sebagai guru di
sekolahan elit demi hubungan rendahan seperti ini.
"Lama amat sih?!" Protes Gyan ketika Thalia baru saja masuk dan duduk di kursi penumpang di samping Gyan.
"Ya, maaf." Sahut Thalia seadanya.
Gyan sedikit kesal
dengan respon Thalia yang seadanya itu. Segera Gyan mengambil kotak yang
katanya 'hadiah' untuk Thalia lalu melemparkannya ke atas paha Thalia
membuat tutup kotak hadiah' itu terbuka begitu saja dan menampilkan isi
dalamnya.
Mata Thalia membulat terkejut melihat isi dalam kotak 'hadiah' tersebut. la melirik ke arah Gyan dengan tatapan tidak percaya.
"G-Gyan, ini maksudnya apa?"
"Pakai."
"Hah?"
Gyan berdecak kesal, "budeg ya lo? Gua suruh lo pakai itu."
"T-Tapi... Saya gak mau!" Ucap Thalia dengan tegas walaupun terselip nada takut pada kalimatnya itu.
Mendengar itu Gyan
langsung mengulurkan tangannya dan menarik kemeja yang dipakai Thalia
dengan kasar sampai beberapa kancingnya terlepas.
"Gyan!"
"Lepas baju lo dan pakai lingerie yang gua kasih di depan gua sekarang!"
Thalia menelan ludah
kasar mendengar ucapan Gyan barusan. Nada suara Gyan menunjukkan dia
tidak main-main, apalagi tangan besar milik muridnya itu masih
bertengger di kerah kemeja Thalia.
"Gyan, saya gak mau... Ini masih di wilayah sekolah." Lirih Thalia.
"Gua gak peduli.
Ganti sekarang atau gua telanjangin lo diluar mobil?" Ancam Gyan yang
langsung disambut dengan gelengan ribut dari Thalia.+
"Disini? Kamu gak keluar dulu?"
Gyan menyeringai
melihat wajah memucat Thalia lalu ia melipat kedua tangannya di depan
dada sambil menatap Thalia dengan wajah songongnya.
"lya gua disini, gua mau liat sebagus apa sih badan lo pas lo ganti baju di depan gua." Ujar Gyan dengan nada mengejek.
"T-Tapi-"
"Cepetan ganti atau gua sebarin foto dan video lo sama bokap gua biar lo dipecat? Pilih mana?"
Thalia langsung menggeleng ribut dan ia akhirnya menyetujui apa
yang Gyan mau. Walaupun ia kesal dan tidak terima sekarang karena
direndahkan oleh muridnya sendiri, tapi ia juga takut dengan ancaman
Gyan yang tidak main-main mengingat betapa gilanya laki-laki ini.
Mau tidak mau Thalia akhirnya berganti baju di depan Gyan. la membuka satu persatu kancing kemeja yang ia pakai lalu membukanya dengan wajah memerah padam karena Gyan menatapnya dengan lekat.
"Buka semua bajunya dulu, baru pakai lingerie yang gua kasih." Titah Gyan.
Thalia menatap protes ke arah Gyan, bagaimana bisa ia telanjang bulat di depan Gyan yang adalah muridnya? Apalagi ia takut kalau ada orang yang melihat mereka dari luar mobil.
Tapi Thalia tidak
bisa apa-apa selain menurut karena Gyan sudah mengeluarkan ponselnya
untuk mengingatkan pada Thalia soal ancamannya tadi. Ia melepas semua
kain yang menempel pada tubuhnya dan kedua tangannya menutup bagian
payudara serta vaginanya yang tidak tertutup oleh apapun.
SRET!
"Gyan!"
Thalia memekik
terkejut ketika salah satu tangannya yang menutup payudaranya ditarik
oleh Gyan. Gyan bahkan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi
payudara Thalia lalu menatap lekat payudara sintal milik sang guru.
"Semalam di pakai sama Papa gua ya?" Tanya Gyan sambil mengelus tanda keunguan di payudara Thalia yang sangat banyak.
"Enak gak digempur sama si tua bangka itu?" Tanya Gyan lagi tapi kali ini terselip nada geram dalam ucapannya.
"G-Gyan mhhh..."
Thalia menutup mulutnya yang mendesah halus saat jari-jari Gyan mulai bermain di puting bengkaknya. Putingnya dicubit dan dipelintir oleh Gyan membuat Thalia setengah mati menahan desahannya.
"G-Gyan jangan shhh..."
Mata Thalia sudah merem melek ketika dua putingnya dimainkan oleh Gyan. la berusaha menepis tangan Gyan tapi itu tidak berhasil, malah seringaian muncul di bibir Gyan saat melihat Thalia yang tidak bisa diam karena dirinya.
"Puting lo bengkak banget, nyusuin bokap gua semalemani ya?" Ejek Gyan.
Thalia menggeleng ribut, ia sangat malu sekarang karena perbuatan Gyan tapi tidak mau munafik kalau dirinya juga ikut terbuai dengan sentuhan Gyan. Tak lama kemudian mata Thalia membulat terkejut saat Gyan menarik tubuhnya untuk mendekat ke arah laki-laki itu.
"Gyan... kamu ngapain? Ahhh~"
Tanpa menjawab, Gyan langsung meraup salah satu puting bengkak milik Thalia. la menyedot kuat puting bengkak tersebut sampai Thalia tidak bisa menahan desahannya.
Thalia meremas bahu Gyan untuk melampiaskan rasa ngilu akibat sedotan Gyan pada putingnya yang terlalu kuat. Belum lagi puting satunya dimainkan oleh Gyan membuat tubuh Thalia semakin kelojotan di kursi penumpang.
"G-Gyanhh ahhh ngilu..."
Gyan semakin kuat menyedot puting Thalia ketika mendengar desahan Thalia yang semakin merdu di telinganya. la bahkan sekarang secara gantian menyedot puting
milik Thalia membuat kedua puting bengkak itu semakin bengkak dan
berkilap basah karena air liur Gyan.
"Nghhh-u-udah nanti kita ketahuan orang shh..."
Gyan mendongak untuk menatap Thalia yang wajahnya sudah memerah serta keringat membasahi wajah cantik gurunya itu. Tangan Gyan masih bertengger di payudara Thalia dan meremasnya pelan sambil melihat ekspresi keenakan Thalia yang menggoda iman.
PLAK!
Thalia meringis sakit saat Gyan menampar payudara sintalnya, ia menoleh ke arah Gyan yang juga sedang menatapnya.
"Sini deketan, gua mau coba juga bibir lo."
Tanpa aba-aba, Gyan langsung menarik tengkuk Thalia dan menyatukan bibir mereka. Lumatan Gyan sangat terburu-buru dan sedikit kasar membuat Thalia setengah mati mengimbangi ciuman Gyan.
Tangan Gyan juga tidak diam saja, ia mulai mengelus pinggang Thalia lalu turun
ke pinggul dan berakhir meraba di paha dalam milik Thalia. Tubuh Thalia
terperanjat kaget saat Gyan melesakkan jarinya di antara kedua pahanya lalu dengan kurang ajar mengelus vagina Thalia.
Thalia langsung melepaskan ciuman dan berusaha menyingkirkan tangan Gyan dari
vaginanya. Tapi tidak berhasil karena Gyan malah menusuk dua jarinya ke
dalam lubang Thalia yang memang sedikit longgar akibat permainan dari Papa nya Gyan semalam.
"Kenapa? Bukannya memek lo ini memek murahan yang bebas dipegang sama cowok manapun?
Sekarang gua mau coba ngelus memek lo yang udah becek karena nyusuin gua tadi."
Thalia menggeleng ribut, apalagi saat Gyan malah mengocok cepat lubang kawinnya. "G-Gyanhh ahhh gak mauhhh..."
Gyan menahan tubuh Thalia yang hampir jatuh karena permainan jarinya dilubang kawin
perempuan itu. Dua jari Gyan semakin menjadi-jadi mengocok lubang kawin
Thalia bahkan sampai terdengar suara becek yang memenuhi dalam mobil
tersebut.
"G-Gyanhh ahhh udahh janganhh-"
"Kenapa? Mau keluar lo?"
Thalia mengangguk ribut dan segera Gyan menarik dua jarinya keluar dari lubang kawin Thalia. Jujur saja Thalia sedikit kecewa karena klimaksnya sudah hampir sampai, tapi ia juga bernafas lega karena mau taruh dimana mukanya kalau sampai dirinya klimaks didepan muridnya sendiri?
"Duduk sambil senderan di pintu mobil terus buka kaki lo lebar-lebar." Perintah Gyan.
"Hah? Kamu mau ngapain?"
"Nurut aja bisa gak?"
BRUK!
Gyan dengan tidak sabaran mendorong tubuh Thalia dengan kasar sampai punggung perempuan itu terbentur pintu yang ada di belakang. Hal itu membuat Thalia
meringis sakit, tapi belum selesai dengan rasa sakitnya, ia sekarang panik karena Gyan membuka lebar kedua kakinya.
Vaginanya terpampang jelas di depan wajah Gyan dan Thalia berusaha menutupinya dengan tangan miliknya tapi tidak berhasil karena Gyan dengan cepat menundukkan
badannya lalu memakan vagina Thalia dengan tidak kira-kira.
"AHHH- Gyan ahhh jangan!" Thalia memekik terkejut ketika Gyan memakan vaginanya dengan rakus. Tubuhnya gemetar hebat karena Gyan menyedot kuat lubang kawinnya
lalu tak lama menjilat klitorisnya sambil menggigitnya pelan.
"Gyanhh-jangan hiks- saya ahhh gakhh mau keluarhh di depan kamuhh nghh..."
Seolah tuli, Gyan malah semakin menjadi-jadi memainkan vagina Thalia. Dua jari Gyan
kembali melesak masuk ke dalam lubang kawin Thalia lalu mengocoknya cepat sembari lidah Gyan bermain klitoris bengkak itu.
Tubuh Thalia sudah gemetar hebat dan mulutnya tidak berhenti mendesah. Dia mendorong bahu Gyan agar menjauh ketika ia merasakan klimaksnya hampir sampai.
"Gyanhh ahhh minggir- Ahhh janganhhh..."
Thalia mendesah ribut dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata. la tidak
bisa menahannya lagi, Gyan semakin ganas di bawah sana dan vaginanya
semakin berkedut kencang.
"Gyan! Gyanhh AHHH~"
CRUT! CRUT! CRUT!
Mulut Thalia terbuka lebar ketika ia squirting dengan deras. Thalia terisak pelan saat dirinya terlalu sensitif dan pahanya gemetar hebat membuktikan betapa enaknya klimaksnya tadi. la juga squirting di wajah Gyan membuatnya
semakin menjadi-jadi malunya.
Gyan menyeringai sambil mengusap wajahnya yang basah karena cairan squirting Thalia. la mendongak dan melihat betapa kacaunya Thalia akibat perbuatannya, mulut
perempuan itu terbuka lebar dan juga air mata yang membasahi wajahnya
membuat penis Gyan berdenyut melihatnya.
Gyan menegakkan tubuhnya lalu mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan wajahnya dan melirik ke arah Thalia yang susah payah bangun dari posisi tidak
senonohnya.
"Saya mau pergi, urusan kita udah selesai." Ucap Thalia sambil meraih pakaiannya.
Dengan cepat Gyan merebut pakaian Thalia dan menjauhkannya dari jangkauan Thalia.
"Gyan!"
"Sana kalau mau pergi dalam keadaan bugil kayak sekarang. Biar lo diperkosa sama
orang-orang diluar sana." Sahut Gyan dengan geram.
"Kembaliin pakaian saya, saya mau pulang, Gyan."
"Siapa yang ngizinin lo pulang? Urusan kita belum selesai dan tadi cuma permulaan."
Mata Thalia membulat terkejut. Apa yang diinginkan oleh laki-laki yang masih berusia belasan tahun ini? Tidak mungkin kan ia ingin mencicipi tubuh Thalia lebih dari tadi?
"Kamu jangan gila, Gyan. Kamu udah ngelecehin saya tadi dan kamu bilang urusan kita belum selesai?"
"Ngelecehin? Lo keenakan kok tadi, sampai-sampai squirting di muka gua, masa lo ngerasa tadi pelecehan? Lonte gak usah sok suci, badan lo aja udah di cobain
sama banyak cowok kan?"
Thalia terluka mendengar penghinaan dari Gyan, dirinya benar-benar tidak ada harga
dirinya di depan Gyan sekarang. Lagipula kenapa Thalia sial seperti ini sampai harus berurusan dengan Gyan yang super kurang ajar ini?
Gyan melempar lingerie yang ia berikan pada Thalia tadi tanpa memperdulikan Thalia yang sakit hati karena ucapannya tadi. Pikir Gyan memang Thalia pantas mendapatkan perkataan seperti itu, perempuan rendahan ini memang harus direndahkan dengan teramat sangat sekali-sekali agar dia sadar.
"Pakai, kita lanjut ke tempat yang udah gua siapin buat kita seneng-seneng." Ujar Gyan sambil membenarkan posisi duduknya dan bersiap menancap gas untuk pergi ke hotel yang sudah Marcello siapkan untuk dirinya.
"Gyan saya-"
"Kalau gak mau, silahkan keluar dalam keadaan bugil."
Thalia menelan ludah kasar. la kesal dan sakit hati sekarang, la menatap benci ke arah Gyan yang terus menerus merendahkannya. Thalia tidak memberikan jawaban dan ia tidak berkutik dari dalam mobil Gyan membuat Gyan menyimpulkan kalau Thalia memilih untuk mengikutinya.
Gyan segera menancap gas menuju hotel. la melirik ke arah Thalia yang diam-diam memakai lingerie yang diberikan oleh Gyan..

"Gyan, ini maksudnya apa?"
Thalia menatap takutke arah Gyan yang ada di belakang tubuhnya. Laki-laki yang lebih muda darinya itu langsung memeluk tubuh Thalia dari belakang dan menaruh
dagunya di bahu Thalia.
"Kita bakal senang-senang, gua sengaja dekor kamar ini biar lo terkesan." Bisik Gyan yang membuat tubuh Thalia meremang.
"Saya gak mau! Kamu udah keterlaluan, Gyan." Thalia berusaha melepaskan diri dari dekapan Gyan.
Gyan berdecak melihat Thalia protes padahal jelas-jelas perempuan itu tidak berdaya.
sekarang karena sudah masuk ke dalam jebakannya.
"Lepasin!"
BRUK!
Gyan mendorong tubuh Thalia sampai sang empunya terhempas ke atas ranjang. Segera Gyan mengukung tubuh Thalia yang hendak kabur membuat perempuan itu tidak
berkutik sekarang.
"Gyan... Jangan begini."
"Jangan begini gimana, hm? Gua udah liat semuanya dan sekarang tinggal gua rasain
lubang kawin lo yang semalam dipakai sama bokap gua."
Thalia menggeleng ribut, dirinya benar-benar berada di bawah kukungan Gyan sekarang.
Tubuhnya sudah setengah telanjang dan di tambah kaki Gyan mulai melesak
di antara pahanya.
"Ahhh- Gyanhh."
Gyan menyeringai melihat Thalia yang begitu sensitif ketika lututnya menekan vagina becek milik perempuan tersebut. Thalia sampai merem melek karena lutut Gyan semakin menjadi-jadi menekan vaginanya dan menggeseknya dengan kasar.
"Gyanhh janganhh~"
"Lo tau gak? Desahan lo itu buat kontol gua keras, lo sengaja ya desah begitu karena pengen cepet-cepet gua kawinin lubang becek lo, hm?"
Thalia menggeleng ribut, kini kakinya malah terbuka lebar dan tubuhnya ia meremang merasakan tonjolan besar di tengah-tengah selangkangan Gyan terus menyenggol paha dalamnya. Tonjolan itu sangat besar dan keras membuat pikiran Thalia jadi kemana-mana.
Gyan sendiri puas melihat wajah panik dan keenakan Thalia. la akhirnya menegakkan tubuhnya dan melepas baju seragamnya sehingga tubuh bagian atasnya terekspos di depan Thalia.
Thalia langsung mengalihkan pandangannya, ia tidak kuat melihat bagaimana menggodanya Gyan saat sedang menanggalkan pakaiannya.
"Liat sini, lo gak mau nikmatin pemandangan pas gua buka baju dan celana? Siapa tau memek lo makin becek dan banjir ngeliatnya." Ucap Gyan dengan suara beratnya.
"Malu..."
Gyan terkekeh mendengar gumaman Thalia, ia segera melepas celananya yang sudah sesak
dan sekarang dirinya hanya menggunakan boxer saja. Segera Gyan mengukung tubuh Thalia lagi sambil menggesekkan kelamin mereka membuat Thalia
menatap Gyan dengan terkejut.
"Gyan, kamu-"
"Mrs. Thalia mau ninggalin gua dalam keadaan udah hard gini? Lo gak kasihan sama gua yang udah sesakit apa nahan dari kita di belakang sekolah sampai sekarang?"
Thalia memejamkan matanya dan wajahnya memerah malu saat mendengar Gyan memelas padanya tadi. Apalagi panggilan 'Mrs. Thalia' membuat Thalia seperti guru cabul yang menggoda muridnya, padahal Gyan yang memulai duluan sampai akhirnya mereka berada
di ranjang sekarang.
"Mrs. Thalia? Kok mukanya merah?" Tanya Gyan sambil dirinya terus menggesek bagian
bawah mereka.
"Gyan stop! Kamu buat saya malu."
"Malu tapi memek lo kedutan waktu gua godain tadi. Mulut lo boleh nolak tapi badan lo gak bisa bohong kalau lo mau gua berbuat lebih dari ini." Ujar Gyan.
Gyan menegakkan tubuhnya lalu melirik ke arah vagina Thalia lalu mengelusnya dengan lembut. la menarik celana dalam Thalia yang menghalangi dirinya untuk menatap vagina cantik itu. la menyeringai melihat betapa beceknya vagina gurunya dan sepertinya sudah siap untuk ia gempur.
Segera Gyan beralih ke meja nakas dan mengambil sesuai di dalam laci. Gyan tersenyum senang dan mengambil benda kecil yang menjadi alat bantu untuk sex mereka kali ini.
"Gyan, saya gak mau pakai itu." Tolak Thalia saat melihat alat bantu sex yang ada di tangan Gyan.
"Tapi gua mau liat memek lo diperkosa sama mainan ini, gua mau liat lo mancur karena benda ini sebelum lubang kawin lo beneran gua siksa pakai kontol gua." Ujar Gyan sambil menyalakan vibrator di tangannya.
Thalia menggeleng ribut dan berusaha bangkit duduk tapi segera tubuhnya di tahan oleh Gyan serta kedua pahanya dipaksa melebar.
"Gyan! Gak mau! Gak-AHHH~"
Gyan mendorong paksa vibrator itu untuk masuk ke dalam lubang kawin Thalia. Jari-jarinya mendorong vibrator itu ke dalam lubang kawin Thalia.
Keadaan Thalia sudah sangat kacau, kedua kakinya gemetar hebat dan mulutnya meracau ketika vibrator itu berhasil masuk di dalam lubang kawinnya. Wajahnya sudah penuh dengan air mata dan juga keringat, Thalia menatap sayu ke arah Gyan yang ada di depannya.
Melihat Thalia yang kacau, Gyan semakin senang rasanya. la beralih ke payudara Thalia dan melahap rakus payudara sintal itu. Vaginanya disiksa oleh vibrator dan payudaranya sekarang dimainkan oleh Gyan membuat Thalia sangat kacau sekarang.
"Ahhhh Gyanhhh ahhhh ampunhh nghhh keluarinhh vibratorhh nyahh~"
Gyan semakin kuat menyedot puting Thalia saat merasakan tubuh perempuan ini kelojotan tidak jelas. Gyan puas melihat Thalia yang kacau seperti sekarang, penisnya semakin berdenyut di balik boxer membuat Gyan langsung menurunkan boxernya lalu melepas. kulumannya pada puting Thalia. Dia mengocok penisnya di depan Thalia sambil melihat
ekspresi terkejut Thalia saat melihat penisnya yang mengacung tegang.
Jelas saja Thalia terkejut, ukuran Gyan tidak main-main dan batang penisnya dihiasi dengan urat-urat halus yang menonjol membuat penis itu semakin terlihat perkasa.
Thalia menelan ludah gugup. Bagaimana nasibnya setelah ini? Lubang kawinnya masih nyeri akibat semalam memuaskan penis Dean yang merupakan Papa Gyan dan sekarang ia harus dipaksa memuaskan penis Gyan juga?
"Mau cobain kontol gua?" Tanya Gyan sambil mendekati Thalia.
Gyan mengocok penisnya sambil menatap tubuh Thalia yang sudah kacau. la menggeram tertahan apalagi melihat Thalia sudah banjir di bawah sana.
"Gyanhh ahhh keluarinhh vibratorhhnya ahhh~" Wajah Thalia sudah seperti orang teler sekarang karena vaginanya ngilu akibat di obrak abrik sama vibrator.
Bukannya menghentikan vibratornya, Gyan malah melesakkan jarinya dan mendorong vibrator tersebut lebih dalam sambil menaikkan speed vibrator tersebut membuat Thalia memekik.
"AHHH- GYANHH KELUARINHH NGHHH..."
Gyan melihat kedua kaki Thalia yang gemetar hebat dan mengangkang lebih lebar. Segera ia mendekat ke arah Thalia sambil mengocok penisnya dan Gyan menarik tangan Thalia untuk untuk menyentuh penisnya.
"Shhh- Suka lo sama kontol gua? Sini kocokin kontol gua biar gua muncratin peju di muka lo."
Thalia menelan ludah kasar saat melihat penis berurat Gyan yang ada di depan wajahnya, lalu perlahan mengurutnya membuat Gyan mendesis lirih.
"Shhh..." Gyan mendongakkan kepalanya, penisnya semakin berdenyut saat di urut dengan tangan halus Thalia.
Tanpa aba-aba, Gyan langsung menarik kepala Thalia. "Buka mulutnya, kulum kontol gua."
Penis Gyan langsung menerobos masuk ke dalam mulut Thalia, penisnya hanya dapat masuk setengah dan dengan kurang ajarnya Gyan langsung menggenjot penisnya di mulut Thalia.
"Mhhh mhhh..." Thalia memejamkan matanya erat-erat saat penis Gyan melesak begitu
dalam sampai ke menyentuh ujung tenggorokannya membuat dirinya mual. Ditambah lagi lubang kawinnya sedang diobrak abrik oleh vibrator membuat nafas Thalia menjadi tercekat.
"Sial! Mulut lo enak banget shh..."
Gyan semakin menjadi-jadi menggenjot mulut Thalia sambil mendongakkan kepalanya. Mata Thalia memerah dan berkaca-kaca, ia menatap ke arah Gyan yang terus mendesah keenakan dan sodokannya semakin ganas di dalam mulut Thalia.
"Anjing! Shh... gua mau keluar."
Gyan langsung mengeluarkan penisnya dari mulut Thalia dan mengocok penisnya tepat di depan wajah Thalia.
"Ahhh..."
bersambung...
